Huta Simandalahi adalah salah satu perkampungan yang terletak di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Nama “Simandalahi” berasal dari marga Sinaga, salah satu marga Batak Toba yang memiliki sejarah panjang di wilayah ini.
Suku Batak dikenal sebagai orang yang senang merantau, berpencar. Alasan utama biasanya untuk membuka lahan atau mencari kehidupan yang lebih baik. Demikian halnya keturunan Toga Sinaga. Toga Sinaga merupakan keturunan Raja Batak.
Keturunan marga Simandalahi merupakan bagian dari Toga Sinaga yang berasal dari Samosir. Marga ini memiliki hubungan kekerabatan dengan marga-marga lain seperti Simanjorang, Simaibang, dan Sidallogan. Menurut silsilah, leluhur marga Simandalahi adalah keturunan dari Suhut Maraja, yang memiliki anak bernama Simandalahi
Silsilah Dimulai Raja Batak
Dari yang bermukim di Pusuk Buhit, keturunannya berpencar ke berbagai desa di Pulau Samosir. Salah satunya yakni Toga Sinaga bermukim di Desa Urat di Pulau Samosir.
Lama-kelamaan, keturunan Toga Sinaga pun menyebrangi Danau Toba lalu bermukim di Kabupaten Simalungun.
Dimulai dari membuka perkampungan atau huta yang ada di Sibaganding hingga menyebar ke wilayah Girsang Sipanganbolon lainnya.
Sekalipun keturunan Sinaga tersebut adalah suku Batak Toba, kenyataannya secara administrasi wilayah tersebut masuk wilayah Kabupten Simalungun.
Silsilah Toga Sinaga
Berdasarkan keterangan yang didapat dari generasi ke-13 Simandalahi yakni Samsudin Parulian Ganda Sinaga, Simandalahi merupakan keturunan dari Suhut Nihuta.
Ia menjelaskan, Suhut Nihuta punya empat anak laki-laki. Salah satunya Sorak Maunok. Sorak Maunok belakangan punya anak laki-laki yang dinamai Suhut Maraja.
Suhut Maraja memiliki dua istri. Istri pertama boru Sihotang yang memberinya putra bernama Sidasuhut dan Sidallogan.
Karena boru Sihotang meninggal, ia memperistri boru Manurung yang melahirkan Simaibang, Simandalahi, dan Simanjorang.
Jejak dari keturunan Suhut Maraja ini dapat kita temukan hingga sekarang di Kecamatan Girsang Sipanganbolon. Ada kampung atau huta yang bernama Sidasuhut, Sidallogan, Simaibang, Simandalahi, dan Simanjorang.
Huta yang dinamai Simaibang terdapat di Sipanganbolon. Huta yang dinamai Simandalahi terdapat di Girsang, Sipanganbolon, Bangun Dolok, dan Hasinggaan.
Huta Simandalahi
Hingga sekarang kita bisa menyaksikan tapak tilas keturunan Suhut Maraja bernama Simandalahi di Girsang 1 yakni di Huta Simandalahi.
Huta ini berada di ujung jalan Girsang 1, jalur sebelah kiri dari Pohon Hariara (Beringin).
Huta Simandalahi
Salah seorang traveler berkunjung ke Huta Simandalahi (foto ©Damayanti)
Setidaknya ada tiga Rumah Batak yang masih bisa kita lihat di Huta Simandalahi.
Kebanyakan keturunan Sinaga di Huta Simandalahi merantau atau berpencar ke tempat lain. Meski begitu, Huta Simandalahi statusnya masih milik marga Sinaga Simandalahi.
Tidak ada kisah kanibalisme atau hukuman mati seperti di Huta Siallagan pernah terjadi di Huta Simandalahi.
Ukuran rumahnya juga cenderung sama satu sama lain. Motif dan warna juga demikian.
Dapat disimpulkan Raja bernama Simandalahi dan keturunannya tidak terlalu menonjol dalam banyak hal.
Sekalipun demikian, sebagaimana suku Batak lainnya, keturunan Simandalahi hidup dari sektor pertanian.
Di sekitar Huta Simandalahi, ada banyak pepohonan lebat yang dapat dipastikan ditanam oleh Simandalahi dan keturunannya di masa silam.
Saat kita berkunjung kesini, kita akan melihat kebun-kebun sekitar berisi pohon durian, petai, kopi, nira dan lainnya.
Silsilah Penting bagi Suku Batak
Bagi orang Batak, tarombo atau silsilah sangat penting untuk menentukan kedekatan satu dengan lainnya.
Raja Bataklah yang mulai melestarikan silsilah yang dalam Bahasa Batak disebut Tarombo.
Huta Simandalahi
Tarombo ditulis dalam Pustaha Laklak berisi bagan tentang keturunan Raja Batak hingga ke beberapa generasi.
Jika kita perhatikan Tarombo dari Raja Batak hingga Simandalahi jelas bahwa orang Batak berasal dari leluhur yang sama. Berawal dari Siraja Batak kemudian berkembang menjadi marga-marga.
Hingga catatan silsilah berdasarkan garis keturunan ini lazim disimpan dan dituliskan dari generasi ke generasi.
Dapat dikatakan dari sekian banyak suku di Indonesia, suku Batak memiliki hasrat bawaan untuk mengetahui leluhurnya dan melestarikan nama keluarganya.
Itu sebabnya, saat berjumpa dengan sesama Batak, yang kerap ditanya adalah marga, bukan nama.
Selain itu, bagi orang Batak sangat penting punya anak laki-laki yang meneruskan nama keluarga atau marga.
Jika kelak Sobat Ninna berkunjung ke Huta Simandalahi atau jumpa dengan marga Simandalahi, ingatlah bahwa mereka adalah keturunan Toga Sinaga, marga atau boru Sinaga. Sudah tentu mereka pun adalah keturunan Raja Batak.